I Hate Indonesia, I Love Indonesia

Sebagaimana mahasiswa baru di jurusan hubungan internasional, tentu kata “negara” atau “nation-state” akan selalu terngiang, terucap, dan terulang dikesehariannya. Kelanjutan dari kata itu adalah fungsi negara itu sendiri, siapa yang dan merepresentasikannya di kehidupan nyata.

INDONESIA adalah sebuah negara yang direpresentasikan dengan kehadiran para elite politik (bacanya politicians ya bukan political scientists hehe). Mereka *sambil nunjuk2 politician* adalah orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan visi dan misi negara ini. Mereka yang semestinya berada di garda paling depan ketika negara Indonesia terancam dan berada paling belakang ketika Indonesia sedang membagikan “keberkahan”.

Tapi, merekalah sang INDONESIA yang bergerak untuk menghancurkan INDONESIA itu sendiri. Kebodohan demi kebodohan yang terus melanda otak mereka. Kesakithatian saya dimulai saat saya melek politik yakni sejak mobil dinas menteri yang baru.

“Boleh sih baru, tapi kenapa harus merek TOYOTA, kenapa ga dibikin sama ESEMKA yang udah bikin mobil ESEMKA 1 walaupun baru assembling saja. Kan lumayan untuk menambah kocek para murid.” dalam benak saya.

Sampai kejadian lambat dan rendahnya law enforcement di negara kita. Eh, taunya di akhir ini malah mau buat gedung DPR yang menawan (yang belum tentu dengan kehadiran gedung itu, mereka akan tidak melakukan rapat di hotel mahal).

Merekalah INDONESIA yang akan mempertanggungjawabkan pada leluhur bangsa ini. Tapi saya bangga dengan INDONESIAN, berbeda satu huruf saja tapi kehadiran mereka sangat berarti. Para rakyat yang senantiasa tersakiti hatinya, senantiasa dikecoh oleh manuver para INDONESIA yang mengisi pundi-pundinya namun mereka tetap berjalan dan melangkah kedepan seolah tak ada masalah.

Dimana Departemen Kesehatan INDONESIA ketika masalah Prita dan bayi-bayi yang memenuhiheadline news di televisi kita? tapi INDONESIAN telah membuktikan bahwa mereka bisa hidup bersama dan kokoh tanpa menunggu kehadiran INDONESIA disana. “Koin untuk Prita” adalah contoh dan masih banyak contoh lainnya yang bisa membuktikan kehadiran INDONESIAN sangat berarti dan begitu lambannya INDONESIA bergerak.

Dimana Departemen Dalam Negeri INDONESIA ketika masalah antar suku bergejolak di Papua. Hanya membiarkan pertarungan terus berlanjut? lalu INDONESIAN menunjukkan kembali giginya dengan saling bertukar duta kampung dan berunding hingga bisa menghasilkan kedamaian diantara mereka.

Dimana Departemen Pendidikan INDONESIA ketika masalah kekurangan guru berkualitas, kekurangan bahan ajar, kekurangan fasilitas belajar? dimana INDONESIA? sedangkan INDONESIAN sudah menujukkan keringat-keringat mereka dengan hadir di INDONESIA MENGAJAR (yang nota bene isinya INDONESIAN), lalu sekarang hadir INDONESIA MENYALA (lagi-lagi penggagasnya INDONESIAN)

dan masih banyak INDONESIAN-INDONESIAN lainnya yang terus bergerak maju, meninggalkan INDONESIA yang semakin bodoh dan terperosok dalam kebimbangan.

Oleh: Mohammad Ichsan

Tinggalkan komentar