Refleksi Panggilan Jiwa

SURAT TERBUKA UNTUK METRO TV

TENTANG PEMBERITAAN POLA REKRUTMEN TERORIS MUDA

“KAMI ANAK ROHIS BUKAN TERORIS”

Kepada Redaksi Terhomat,

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang memberikan kemampuan kepada manusia untuk berpikir. Salam dan Do’a terbaik kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pelajaran penting bagaimana bersikap, dan bermanfaat bagi umat manusia.

Surat terbuka ini saya sampaikan kepada Redaksi Metro TV atas tayangannya tentang “pola rekrutmen teroris muda”. Dalam tayangan tersebut, Metro TV menyampaikan lima poin tentang pola perekrutan tersebut, yakni :

  1. Sasarannya siswa SMP Akhir – SMA dari sekolah-sekolah umum
  2. Masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah
  3. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudia diajak diskusi di luar sekolah
  4. Dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa yang korup, keadilan tidak seimbang
  5. Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah toghut/kafir/musuh

Dan ditambahkan footer note “awas, generasi baru teroris!”

Redaksi terhomat,

Pertama-pertama, meski melalui akun resmi twitter anda pada 14 September…

Lihat pos aslinya 1.202 kata lagi

the Power of Sholat

Entah mengapa, tiba-tiba pikiran dan nuraniku seolah menyuruhku untuk menulis tentang sebuah pengalaman yang tidak akan bisa kulupakan seumur hidupku. Ketika itu, aku sedang duduk di kelas 2 SMP di salah satu sekolah dekat rumahku. Suatu ketika, ayahku mengajakku untuk mengikuti sebuah pelatihan tentang sholat. Ketika itu, sontak aku sangat kaget, heran, dan bingung. Rasa-rasanya sudah sejak SD bahkan TK, kita diajarkan bagaimana caranya sholat, bagaimana bacaan-bacaan sholat, bagaimana posisi sujud, bagaimana posisi rukuk, dsb. Agaknya tata cara sholat dari mulai takbiratul ihram sampai salam sudah terpatri dalam benakku dan ayahku, karena memang seharusnya sholat bukanlah sebuah hal yang asing di telinga orang muslim. Namun, ayahku menjelaskan bahwa yang dimaksud pelatihan sholat ketika itu adalah pelatihan sholat khusyuk. Memang, ketika SD, guruku sering mengatakan, “kalau sholat, kita harus khusyuk ya anak-anak…”. Tetapi, akau sendiri pun tidak mengerti apa itu khusyuk ? bagaimana cara khusyuk ? atau lebih ekstrim lagi, makhluk apa sih khusyuk itu ? Baca lebih lanjut

Iqra, “Bacalah dengan Akal dan Qalbu”

Wahyu pertama yang diterima oleh rasulullah Saw.

  “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

     menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari

     ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.

     Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia

     apa yang tidak diketahuinya” (QS Al-‘Alaq [96]: 1-5).

Iqra disini dapat berarti  bacalah,  telitilah,  dalamilah, bacalah alam, tanda-tanda zaman. Artinya kita membaca dan mentafakuri suatu objek dengan akal dan qolbu kita. Dengan kemampuan iqra, kita bisa menciptakan kemashlahatan di muka bumi. Teknologi canggih dizaman sekarang merupakan bukti keberhasilan manusia iqra dengan menggunakan akalnya. Akan tetapi terkadang kita gagal meng-iqra-kan sesuatu dengan qalbu kita. Baca lebih lanjut

Ibadah, Karya, dan Rasa

Entahlah, sepertinya dunia memang telah kehilangan keseimbangannya.

Tiada lagi bisa kudapati kearifan seorang manusia menyatu dengan alamnya.

Susah kini mencari sosok penuh integritas yang nafasnya terhembus untuk serangkai frase saja:IBADAHKARYA, dan RASA.

Ibadah, yang jadi alasan mengapa para Nabi dan Rasul bersedia mengorbankan hidup mereka.

Ibadah, yang jadi energi setiap masa: belajar berjalan, belajar dewasa, belajar mengajarkan.

Ibadah, yang menjadikan setiap periode masa, walau sepersekian detik saja, jauh dari predikat “sampah peradaban”.

Karya, yang mempertahankan manusia dalam kancah kompetisi di muka bumi.

Karya, yang menjadi bukti bahwa penempaan dalam hidup seseorang, dan bangsa, mencetaknya menjadi “logam mulia”. Baca lebih lanjut

Diary Soe Hoek Gie

10 Desember 1959

Siang tadi, aku bertemu dengan seorang (bukan pengemis) yang tengah memakan kulit

mangga. Rupanya ia kelaparan. Inilah salah-satu gejala yang nampak di ibu kota.

Ya, dua kilometer dari pemakan kulit “paduka” kita mungkin lagi tertawa-ketawa, makan-makan dengan istrinya yang cantik. Dan kalau melihat gejala pemakan kulit itu, alangkah bangga hatiku. “Kita, generasi kita, ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua. Kita lah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia.”

“Aku besertamu, orang-orang malang.” Indonesia sekarang turun, turun dan selama tantang sejarah belum dapat dijawabnya, ia akan hancur. “Tanahku yang malang.” Harga barang membumbung semua makin payah. Gerombolan meneror. Tentara meneror. Semua menjadi teror.

Cuma pada kebenaran masih kita harapkan. Dan radio masih berteriak-teriak menyebarkan kebohongan. Kebenaran cuma ada di langit dan dunia hanyalah palsu, palsu. Baca lebih lanjut