Diary Soe Hoek Gie

10 Desember 1959

Siang tadi, aku bertemu dengan seorang (bukan pengemis) yang tengah memakan kulit

mangga. Rupanya ia kelaparan. Inilah salah-satu gejala yang nampak di ibu kota.

Ya, dua kilometer dari pemakan kulit “paduka” kita mungkin lagi tertawa-ketawa, makan-makan dengan istrinya yang cantik. Dan kalau melihat gejala pemakan kulit itu, alangkah bangga hatiku. “Kita, generasi kita, ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua. Kita lah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia.”

“Aku besertamu, orang-orang malang.” Indonesia sekarang turun, turun dan selama tantang sejarah belum dapat dijawabnya, ia akan hancur. “Tanahku yang malang.” Harga barang membumbung semua makin payah. Gerombolan meneror. Tentara meneror. Semua menjadi teror.

Cuma pada kebenaran masih kita harapkan. Dan radio masih berteriak-teriak menyebarkan kebohongan. Kebenaran cuma ada di langit dan dunia hanyalah palsu, palsu. Baca lebih lanjut

Renungan Hati

Joana Francis adalah seorang penulis dan wartawan asal AS. Dalam situs Crescent and the Cross,perempuan yang menganut agama Kristen itu menuliskan ungkapan hatinya tentang kekagumannya pada perempuan-perempuan Muslim di Libanon saat negara itu diserang oleh Israel dalam perang tahun 2006 lalu.

Apa yang ditulis Francis, meski ditujukan pada para Muslimah di Libanon, bisa menjadi cermin dan semangat bagi para Muslimah dimanapun untuk bangga akan identitasnya menjadi seorang perempuan Muslim, apalagi di tengah kehidupan modern dan derasnya pengaruh budaya Barat yang bisa melemahkan keyakinan dan keteguhan seorang Muslimah untuk tetap mengikuti cara-cara hidup yang diajarkan Islam. Baca lebih lanjut

Petuah Sunan Kalijaga Lewat tembang Ilir-Ilir

ILIR – ILIR

Lir-ilir, Lir-ilir, Tandure wus sumilir,

Tak ijo royo-royo, Tak sengguh temanten anyar.

Cah angon – cah angon, Penekno blimbing kuwi,

Lunyu-lunyu penekno, Kanggo mbasuh dodot iro.

Dodot iro – dodot iro, Kumitir bedah ing pinggir,

Dondomono jlumotono, Kanggo sebo mengko sore.

Mumpung padang rembulane, Mumpung jembar kalangane,

Yo surak’o, surak hiyoo.

‘Makna Tembang ilir-ilir’

Tembang ini sering dianggap sebagai tembang dolanan atau lagu yang dinyanyikan saat bermain-main oleh anak-anak pada saat terang bulan. Bahkan di daerah Jogja dan sekitarnya tembang ini dinyanyikan pada saat bermain Nini Thowok, atau Jalangkungan.

Tak banyak yang menyadari bahwa sesungguhnya tembang ini bukan sekedar tembang dolanan biasa. Ada makna mendalam terkandung dalam tembang sederhana ini. Sekalipun demikian tidak ada yang tahu pasti siapa yang menciptakan tembang ini. Karena tembang ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Baca lebih lanjut

Ikhlaskan Semuanya

Ikhlaskan semuanya. Luruhkan semua lintasan niat bukan untuk Allah yang dalam hati untuk melakukan semua pekerjaan. Biarkan semua peluh, usaha dan kepayahan yang telah dan sedang kita lakukan saat ini, hanya untuk Allah SWT. Benar-benar untuk Allah SWT…

Dahulu, Imam Malik rahimahullah pernah mengatakan, “Apa yang aku inginkan hanyalah keridhaan Allah SWT. Apa yang sudah kutuliskan dalam buku itu, aku anggap seperti aku membuang sesuatu ke sumur.” Sungguh dahsyat perkataan Imam Malik rahimahullah tersebut. Karena kata-kata itu ia ucapkan saat ia berpeluh dalam keletihan menuliskan lembar demi lembar kitab Al-Muwattha’ yang berisi lebih dari 10 ribu hadits. Kelak, kitab Al-Muwattha’ menjadi rujukan ilmu fiqih yang sangat penting bagi para ulama setelahnya.

Kedahsyatan perkataan Imam Malik ada pada inti perkataan Imam Malik bahwa apa yang ia lakukan semata ikhlas mencari keridhaan Allah SWT. Imam As-Suyuti meriwayatkan, suatu ketika Imam Malik pernah ditanya, “Untuk apa engkau menuliskan kitab itu?” imam Malik rahimahullah menjawab,“sesungguhnya sesuatu yang dikerjakan untuk Allah itu akan abadi.” Mathraf bin Abdullah An Nisaburi, sahabat Imam Malik pernah bertanya padanya, “Apa komentar orang tentang Muwattha’ yang kutulis?” Dijawab, “Mereka ada yang menyukai dan ada yang membencinya.” Imam Malik lalu mengatakan, “Jika engkau diberikan usia panjang, engkau akan melihat apa yang dikehendaki Allah dari kitab itu.” Baca lebih lanjut